Aku memang belum
pandai menulis, tapi aku selalu ingin belajar untuk menulis, mulai dari menulis
kegiatanku sehari-hari, dan membuat blog meskipun masih jarang kusentuh. Aku
ingin seperti dahulu, setiap kali ada yang melintas dalam pikiranku, kutulis dan
kutuangkan dalam sebuah tulisan seperti cerita pendek misalnya. Dahulu tak
pernah ada keraguan untuk menulis, bertumpuk-tumpuk buku catatan harian, tak
pernah lelah kutuangkan dalam tulisan mengenai segala kenangan yang pernah
kulalui, sekecil apapun itu selalu aku simpan, meski pun hanya setangkai bunga
kering, meski hanya sepatah-dua patah kata dari seseorang, pasti saja selalu
kuabadikan dan kuingat, hingga setiap detiknya selalu terdokumentasikan. Banyaknya
cerita pendek dan puisi yang kucoba tulis, dan mimpi untuk bisa menerbitkan
bukuku sendiri, memang rasanya seperti mimpi. Apakah kegagalan-kegagalan itu
lantas menghentikanku untuk melakukan kegiatan positif ini? Rasa takut yang
menghantui, bahwa kenangan yang didokumentasikan hanya akan menggali kembali
luka yang pernah ada, benarkah begitu adanya? Berkali-kali menulis lalu ditolak
media, lantas membuatku berhenti menulis? Berkali-kali putus cinta, lantas
membuatku berhenti menyimpan dan mengabadikan segala kenangan?
Pertemuanku dengan
seseorang yang tidak pernah kuduga, tepatnya di bulan Juni 2016. Meski hanya
bertemu dalam dunia maya untuk pertama kalinya, telah mengembalikan harapan
yang hilang, mengusir ketakutan akan luka di masa yang akan datang. Adilkah diri
ini terus memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi? Adilkah dihantui luka
masa lalu dan kemungkinan luka yang akan terjadi padahal itu hanya asumsi
belaka yang bahkan belum terjadi? Bukankah asumsi kita bisa saja terjadi, jika
kita terus memikirkannya? Seperti sugesti positif yang akan membawa kita ke
arah yang positif selama kita terus berpegang teguh padanya?
Namun, terima
kasih kepada segala kesalahan di masa lalu. Pembelajaran mengenai keikhlasan
rasanya sudah menjadi napas bagiku. Ikhlas tentang keputusan Allah mengenai
kehidupanku, membuatku semakin belajar untuk memperbaiki diri. Aku percaya
bahwa Allah benar, wanita yang baik hanya untuk laki-laki yang baik pula.
Siapa yang tidak
memimpikan keluarga yang “sempurna”? Setiap orang pasti ingin memiliki
keturunan yang shalih dan shalihah, ingin anak-anak yang berbakti kepada orang
tua, ingin anak-anak yang cerdas, ingin anak-anak yang ini itu. Lalu pantaskah
diri ini meminta masa depan yang indah tanpa disertai usaha yang sepadan? Aku ingin
memiliki berbagai keahlian yang orang katakan brain, beauty, behavior. Bahwa cantik bukan tidak cukup bermodalkan
fisik saja. Betapa malunya diri ini melihat sosok yang sangat kuat menjalani
hidup mereka, bahkan bisa menginspirasi orang lain ketika bahkan mereka tidak
seberuntung aku. Menjadi wanita “sempurna” pastilah impian semua wanita, tapi
aku tidak ingin itu hanya menjadi impian semata. Misalnya, aku berusaha untuk belajar memasak, mulai dari memasak masakan
yang mudah, aku belajar sedikit demi sedikit. Aku ingin kelak suamiku
nutrisinya terpenuhi dengan baik, makan makanan enak dan bergizi setiap hari, yang tentu buatan
tanganku sendiri. Masih banyak hal lain yang perlu diperbaiki dan dikembangkan.
Semakin banyak belajar, justru semakin sadar bahwa ternyata banyak hal yang
belum aku tahu di dunia ini, ternyata masih sempit pikiranku, ternyata masih dangkal
ilmuku. Aku percaya, setiap keturunan yang baik pasti berawal dari orang
tuanya. Dari sanalah, harapanku untuk memperbaiki keturunanku, tentu berawal
dari memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu. Untuk melahirkan anak-anak yang
cerdas, tentu ibunya harus cerdas dulu kan? Itulah yang membuatku tidak pernah
lelah belajar, menuntut ilmu untuk dunia akhirat, aku ingin bisa menjawab
setiap pertanyaan yang kelak akan anakku ajukan, menjadi contoh yang baik untuk
lingkup kecil, dan berkembang dengan sendirinya.
"Ketika aku muda, aku ingin mengubah seluruh dunia. Lalu
aku sadari, betapa sulit mengubah seluruh dunia ini. Maka aku putuskan untuk
mengubah negaraku saja.
Ketika aku sadari bahwa aku tidak bisa mengubah negaraku, aku
mulai berusaha mengubah kotaku. Ketika aku semakin tua, aku sadari tidak mudah
mengubah kotaku. Maka aku mulai mengubah keluargaku.
Kini aku semakin renta, aku pun tak bisa mengubah keluargaku.
Ternyata aku sadari bahwa satu-satunya yang bisa aku ubah adalah diriku
sendiri.
Tiba-tiba aku tersadarkan bahwa bila saja aku bisa mengubah
diriku sejak dahulu, aku pasti bisa mengubah keluargaku dan kotaku. Pada
akhirnya aku akan mengubah negaraku dan aku pun bisa mengubah seluruh dunia
ini."
(Webminster Abey)
Setiap hari adalah harapan baru, aku ingin
setiap napasku, setiap detik yang berharga dimanfaatkan untuk mengubahku
menjadi lebih baik. Lebih baik bukan berarti hanya baik untuk diri sendiri,
tetapi untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain. Memang berat, tumbuh di
lingkungan yang membawa kita menjadi negatif, tetapi banyak pula hal positif
yang bisa aku temukan di negeri ini, selain itu aku juga percaya, I believe that I can spread positive vibes
around me, karena buktinya sudah banyak juga orang-orang inspiratif di
negeri ini. "You
must be the change you want to see in the world". Bermanfaat bagi sekitar bukan berarti harus langsung
melakukan kegiatan besar yang termat sangat berpengaruh kok, lihat saja hal kecil,
mulai dari menghindari ngomongin orang lain, membantu meskipun terlihat
sederhana, mematuhi peraturan lalu lintas, mengingatkan orang kepada kebaikan,
masih banyak hal kecil lain. Hal baik yang kita lakukan untuk diri kita sendiri
yang berdampak baik juga untuk orang lain.
“Yang
kita sebut sukses itu, bukan satu keadaan baik di masa depan, tapi urutan
keadaan baik setiap hari.”
“Lakukanlah
yang baik, maka kebaikan akan menghampiri kita, hidup itu menuai apa yang kita tabur.”
Beruntungnya aku
bertemu seseorang yang satu visi, satu pemikiran, untuk selalu melihat
kehidupan dari sisi baiknya, bahwa setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Semangat
untuk terus meraih mimpi, ketika malas melanda, ingatlah kembali tujuan hidup. Semangat
untuk memulai hal baik dari yang kecil. Semangat untuk mengubah kekurangan
menjadi kelebihan. Semangat untuk memanfaatkan setiap peluang yang ada. Salah
satunya, terima kasih kepada kamu, yang membuatku semakin percaya diri bahwa
mimpi-mimpi besarku pasti bisa diraih dengan mulai mengubah kebiasaan buruk,
dimulai dari hal yang sederhana. Semangat untuk revisi dan pengembangan
resolusi 2018, buat ceklis apa aja yang udah tercapai dan harus terus
dikembangkan. Yey! Bon courage!
One of the other
quotes that I love,
“Anak muda yang akan sukses besar, memang sering galau tapi
jarang menyerah.
Dia sering menangis tanpa alasan dan
tertawa geli tanpa sebab.
He he … memang terkadang orang
tertukar antara dia dan pasien yang melarikan diri sebelum pengobatannya
selesai, tapi seperti itulah ciri-ciri anak muda yang akan menjadi pribadi
hebat di masa depan.
Dia mungkin miskin hari ini dan
ditolak bahkan oleh wanita yang tidak cantik, tapi dia akan sukses dan
dikejar-kejar wanita cantik dan gemulai dari kalangan dusun sampai kompleks
gedongan.
Tapi dia akan mendewasa, dan tidak
mudah silau oleh kecantikan bedak dan sasakan rambut produksi salon.
Dia mencari wanita yang indah
hatinya, yang manja lebay tapi galak dalam membelanya, yang hati dan matanya
dijaga hanya untuknya, yang memelihara kecantikannya yang sederhana itu sampai
jauh ke masa tua, yang melahirkan anak-anaknya yang sehat, cedas dan lucu; yang
akan membantu suaminya menjadi pribadi yang sukses dan berpengaruh, yang akan
menjadi sahabat bagi kebahagiaan satu sama lain dalam umur yang panjang dan
sehat.
Memang tidak mudah menjadi anak
muda, karena kegagalannya adalah kegagalan masa depannya; dan semuda itu dia
harus berhasil agar masa depannya mapan dan berwibawa.
Jiwa-jiwa muda adalah
kekasih-kekasih Tuhan yang sedang dalam pembentukan.
Adik-adikku yang baik hatinya,
Bersabarlah. Sudah banyak petunjuk
baik dari Tuhan, dari orang tuamu, dari para guru dan penasihat.
Patuhilah yang baik, dan hidupmu
akan baik.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar